Nama: Sifa
fauziah
Nim:
175231124
Kelas: PBS
1D
TRANSFORMASI MASJID DI
DESA TEGALSARI DAN TRADISI KEISLAMAN YANG BER KEKELUARGAAN
Saat saya mendapatkan tugas untuk
observasi tentang sejarah keislamaan yang ada didaerah sekitar tempat saya
tinggal,saya memutuskan untuk wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada didesa
Tegalsari rt.04/06,Tuban,Gondangrejo,Karanganyar. Tokoh tersebut bernama bapak
Djaelani Almasngudi dia adalah tokoh sesepuh desa serta takmir masjid didesa
Tegalsari,yaitu masjid Abdul Rahman AL-Khodairi. Saya memutuskan untuk
observasi didesa tersebut karena saya tertarik dengan bangunan masjid yang
kerap direnovasi serta tradisi keislaman yang mengacu pada prinsip
muhammadiyah. Tujuan saya observasi melalui wawancara kedesa tersebut adalah
agar saya mengetahui lebih dalam tetang masjid tersebut karena sering
direnovasi serta budaya keislaman yang menggunakan budaya kemuhammadiyahan.
Sejarah awal mula masjid di desa
Tegalsari yaitu, dahulu ketika masih banyak orang-orang pendatang dari luar
yang bertempat tinggal didesa tegalsari orang-orang tersebut datang dengan
tujuan untuk mengenalkan islam lebih dalam kedesa tersebut karena didesa
tegalsari pada jaman dahulu belum ada masjid serta didesa tegalsari ini belum
bayak warga yang tinggal maka orang-orang pendatang tersebut memutuskan
untuk membuatkan masjid didesa tegalsari dan pembuatan masjid pertama itu
dengan bangunan yang seadanya saja ,tujuan orang-orang pendatang tersebut
mendirikan masjid didesa tegalsari adalah agar warga asli dari desa tegalsari
tertarik untuk sholat berjamaah dimasjid dikarenakan pada jaman dahulu
kesadaran para warga untuk sholat berjamaah sangatlah rendah. Selang beberapa
waktu para pendatang tersebut memiliki keturunan dan keturunan tersebut
memutuskan untuk pindah kedesa sebelah yaitu desa wonorejo,dikarenakan para
penerus tersebut tidak bertempat tinggal di desa tegalsari dan tidak ada yang
mengarahkan para warga desa tegalsari untuk sholat dimasjid dan mengurusinya
maka setelah itu masjid didesa tegalsari menjadi tidak terurus selama 2-3 tahun
karena tidak ada yang mengurus masjid akhirnya masjid di desa tegalsari itu
dipindahkan ke desa wonorejo agar ada yang mengurusnya.
Selang beberapa waktu ada keturunan
baru yang bernama Imam Fatawi dan kemudian mendirikan kembali masjid baru
didesa tegalsari dan memberi nama masjid itu yaitu dengan nama masjid Baitul
Rohman. Masjid itu dibangun oleh Imam fatawi,sodara-sodaranya dan warga desa
tegalsari ikut pula dalam pembuatan majid tersebut, masjid itu dibangun dengan
bahan seadanya yaitu dengan menggunakan bilik bambu dengan menggunakan tiang
bambu dan lantainya pun menggunakan bambu yang sudah dibelah-belah dan dianyam untuk
dijadikan lantainya dikarenakan dahulu belum banyak bangunan yang berbentuk
permanen serta sarana untuk mengingatkan telah masuk waktu sholat fardu pun hanya
menggunakan beduk,kentongan,dan orang yang mengadzani nya pun harus menaiki
pohon didekat masjid terlebih dahulu lalu beradzan agar suara lantang terdengar
di desa.
Setelah kira-kira 20 tahun warga desa
tegalsari pun sepakat untuk mengganti bilik bambu masjid menjadi bilik papan
dari kayu jati dan tiang bambunya pun juga diganti menjadi tiang dari kayu jati
tetapi lantainya masih sama yaitu dengan menggunakan anyaman bari bilah bambau.
Setelah itu selang 7 tahun kemudian,majid
itu dilihat kurang pantas dan akhirnya para warga desa tegalsari memutuskan
untuk membangun masjid secara permanen, dan biaya nya menggunakan iyuran dari
orang sekampung, warga kampung bekerja bakti mencari pasir dan batu dengan
menggunakan grobak, mereka mencari pasir itu kesawah-sawah dan mencari batu ke
kali didesa gunungduk dan desa gemolong setelah itu dikumpulkan, dikarenakan
jaman dahulu belum ada semen maka pembuatannya menggunakan pasir yang dicampur
dengan gamping yang sudah dilembutkan untuk menjadi perekat batu bata yang
disusun, kemudian tiang masjid itu diganti dengan menggunakan tiang dari kayu
yang lebih tinggi serta lantainya pun diganti dengan tegel.
Selang beberapa waktu masjid itu
terlihat kurang bagus dibandingkan dengan masjid-masjid didesa lain kemudian diusulkan
kembali untuk merubah dinding yang masih tembok biasa ditambahi dengan
kramik dan ada beberapa dinding yang
dijebol untuk diberi jendela serta mengganti pula lantai tegel itu menjadi
lantai kramik dan mendapatkan dana untuk merenovasi itu dari warga desa
tegalsari yang merantau di kota Jakarta.
Dan selang beberapa belas tahun
kemudian warga desa tegalsari kurang puas dengan bangunan masjid yang sekarang
karena masih kurang tinggi dan terlihat sederhana, Akhirnya takmir masjid
mengumpulkan para warga desa tegalsari untuk bermusyawarah untuk memrombak
ulang masjid Bitul Rohman, dan biaya untuk merombak masjid itu didapatkan dari
bantuan orang Arab senilai 250 juta tetapi persyaratanya masjid itu harus jadi
dalam waktu 3 bulan dan masjid Bitul Rohman harus diganti namanya menjadi
masjid Abdul Rohman Al-Khodairi, setelah dimusyawarahkan para warga sepakat
untuk merombaknya dan kemudian membuat panitian untuk pembuatan masjid tersebut
setelah itu panitia membuat berkas-berkas pengajuan dana bantuan untuk
pembuatan masjid tersebut dan diserahka ke Surabaya. Kemudian selang beberapa
waktu setelah penyerahan berkas-berkas tersebut panitia dipanggil kesurabaya
untuk tanda tangan penerimaan bantuan senilain 250 juta tersebut.
Setelah uang bantuan itu turun kemudian
langsung dibelanjakan bahan bahan untuk membuat masjid dan pembangunan masjid
tersebut dilakukan secara gotong royong oleh warga desa tegalsari tanpa dibayar
dan sudah dijadwal untuk bergiliran kerja bakti jika tidak ikut kerja bakti konsekwensinya
yaitu dengan membelikan semen satu sak, diberlakukan sepetri itu karena agar
para warga bertanggung jawab atas tugasnya demi kebaikan bersama. Karna masjid
tersebut dirombak total jadi pem bangunanya cukup memekan waktu dan biaya,
setelah dua bualan masjid itu bangun masih belum jadi dan dana yang diberikan
dari orang Arab tersebut sudah habis lalu panitia bermusyawarah kembali untuk menggalakan dana
yang dipungut dari warga desa tegalsari juga,kemudian ada warga desa tegalsari
yang sekarang menetap dikota solo dia juga memberikan bantuan yaitu dengan
menyumbangakan tukang bangunan yaitu 5 orang untuk membantu pembangunan masjid
tersebut samapi selesai. Setelah satu bulan kemudian pembangunan masjid
tersebut selesai dengan menghabiskan dana senilai 350 juta dan di masjid ini
bertambah ruangan baru yaitu,gudang,kamar istirahat imam,koprasi, dan ruangan
untuk TPQ anak-anak dan masih ada bagian yang tidak diubah dari masjid ini
adalah dilangit majid yang baru tetap dipasangi jendela dari masjid dulu,pintu
dari masjid dulu pun tetap masih dimanfaatkan untuk pintu koprasi serta tempat
mimbar dari ,asjid yang dulu tetap dipakai untuk masjid yang baru ini. Setelah
itu diadakan peresmian dimasjid yang diresmikan oleh pipinan dari Surabaya
,serta dihadiri para warga desa tegalsari dan tokoh-tokoh agama dari luar desa
dan diresmikannya itu dengan mengganti naman masjid yaitu dari masjid Baitul
Rohman menjadi masjid Abdul Rohman Al-Khodairi.
Tradisi
sholat didesa tegalsari yaitu di masjid Abdul Rohman Al-Khodairi, yaitu cara
sholatnya secara Muhammadiyah, niat dan dan melakukannya sesuai dengan tata
cara sholat sampai selesai, setelah selesai sholat langsung dzikir dan doa
sendiri-sendiri dan tidak bersalam-salaman setelah sholat. Tradisi keagamaan
didesa tegalsari berjalan secara keMuhammadiyahan. Jadi didesa tegalsari tedak
ada tradisi yasinan, dan jika ada orang meninggal tidak ada acara peringatan 3
hari, 7 hari, 40 hari , 100 hari dan sebagainya seperti itu tidak diadakan.
Serta pada bulan ruwah tidak diperingati juga bersih-bersih dikuburan,yasinan
dikuburan dan makan bersama dikuburan itu juga tidak ada.
Karena para
generasi di desa tegalsari ini juga menggunakan ajaran Muhammadiyah jadi tidak
ada peringatan-peringatan itu seperti didesa lain tetapi di desa tegalsari
tetap melakukan kajian keislaman, yaitu untuk bapak-bapak kajian dilakukan 2
minggu sekali dan itu disertai dengan arisan kemudian untuk ibu-ibu kajian
dilakukan 1 bulan sekali dan disertai arisan pula,susun acara dari kajian
ibu-ibu adalah pembukaan membaca ayat suci al-qur’an bersama, membaca asmaul
husna bersama dan kemudian penyampain materi kajian yang dilakukan oleh ustadz
dan penutupnya dengan acara arisan.
Tradisi
lainya yaitu saat bulan ramadhan ketika malam lailatul khodar dan malam nuzulul
qur’an para warga disarankan untuk membawa nasi bungkus kemajid dan setelah
sholat tarawih selesai dilakukan nasi bungkus tersebut dibagi-bagikan kepada
para jamaah,serta saat tadarusan khatam ada tradisi ingkungan yaitu makan
bersama setelah tadarus khatam dengan lauk ayam yang masih utuh dan makannya
secara bersam dengan menggunakan tampah yang dilakukan oleh muda mudi yang
tadarus dimasjid.
Dan keunikan lain dari desa tegalsari yaitu makam nya yang hanya terlihat gundukan-gundukan tanah
biasa ada pula yang diberi tanda dengan batu-batu diatasnya jarang sekali ada
makam yang menggunakan kijing kalaupun ada hanya beberapa makam saja,
dikarenakan di desa didesa tegalsari menerepkan prinsi “ Kalo meninggal yasudah
dimakamkan dan tidak usah dilebih-lebih kan dengan memberikan kijing” Alasan
lain juga kenapa tidak dikijing agar anak cucu keturunan dari desa tegalsari jika
meninggal bisa muat untuk dimakamkan disitu.
Dan demikian
itulah narasi yang saya buat dari observasi wawancara yang saya lakukan di desa
tegalsari berkenaan dengan sejarah dan transformasi masjid serja
taradisi-tradisi keislaman yang ada didesa tegalsari, dan tentunya masih banyak
kekurangan dalam narasi yang saya sampaikan dikarenakan kurang maksimalnya saya
dalam melakukan observasi atau pun kurannya referensi dalam mengumpulkan data.
Dan saya selaku penulis jika masih banyak kekurangan dalam narasi saya,saya
mohon saran ataupun kritikan dari pembaca agar ketika saya membuat narasi lagi
kedepanya lebih baik dan sempurna. Demikian itulah narasi dari saya semoga
narasi ini dapat menambah wawasan untuk saya dan para pembaca tentang sejaran
transformasi dari masjid dan tradisi keislaman yang ada dimasjid desa
tegalsari.
LAMPIRAN
1.) Masjid yang dulunya masih dengan
bangunan yang sederhana dan secara bertahap direnovasi dan perenovasian yang
terakhir menghasilkan masjid yang terlihat sangat megah seperti sekarang.
2.) Dahulu lantai masjid yang masih
menggunakan tegel sekarang sudah diganti menjadi kramik.
3.) Pintu dan jedendela yang dulu masih
menggunakan kayu sekarang sudah diganti menggunakan kaca.
4.) ( Tempat wudhu yang dahulu )
( Tempat wudhu yang sekarang )
Tempat wudhu yang dulunya terletak di
sisi kiri majid sekarang dipindah menjadi di sisi kanan masjid.
5.)
Langit-langit masjid yang dahulunya masih
sederhana sekarang sudah berubah menjadi lebih bagus, dan disini yang tidak
hilang dari ciri khas masjid dahulu adalah candela kayu yang ada
dilangit-langit masih tetap dipasang agar tidak menghilangkan ciri khas dari
masjid lama.
6.)
Tempat
mimbar untuk khotbahpun juga tidak diganti,masih menggunakan mimmbar dari
masjid dahulu, dan masjid ini sekarang tidak menggunakan tiyang.
7.) Ini adalah gudang baru dari masjid
Abdul Rohman Al-Khodairi,dan gudang ini
berfungsi untuk menaruh perabotan masjid.
8.) Dan sekarang dimasjid ini sudah
ditambahkan bangunan untuk toko, dan pintu untuk toko tersebut juga masih
menggunakan pintu dari masjid dahulu.
Inilah makam dari dukuh tegalsari dan makam disini dibiarkan dengan
menggunakan gundukan-gundukan tanah yang ditumpuki batu-batu ada pula yang
menggunakan kijing tetapi kanya beberapa makam saja. Alasan makam di dukuh
tegalsari ini tidak boleh dikijing karena agar anak cucu dari desa tegalsari
kalo meninggal agar bisa dimakam kan dimakam tersebut.