Rabu, 22 November 2017

Transformasi Masjid Di Tegalasri

Nama: Sifa fauziah
Nim: 175231124
Kelas: PBS 1D

TRANSFORMASI MASJID DI DESA TEGALSARI DAN TRADISI KEISLAMAN YANG BER KEKELUARGAAN

Saat saya mendapatkan tugas untuk observasi tentang sejarah keislamaan yang ada didaerah sekitar tempat saya tinggal,saya memutuskan untuk wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada didesa Tegalsari rt.04/06,Tuban,Gondangrejo,Karanganyar. Tokoh tersebut bernama bapak Djaelani Almasngudi dia adalah tokoh sesepuh desa serta takmir masjid didesa Tegalsari,yaitu masjid Abdul Rahman AL-Khodairi. Saya memutuskan untuk observasi didesa tersebut karena saya tertarik dengan bangunan masjid yang kerap direnovasi serta tradisi keislaman yang mengacu pada prinsip muhammadiyah. Tujuan saya observasi melalui wawancara kedesa tersebut adalah agar saya mengetahui lebih dalam tetang masjid tersebut karena sering direnovasi serta budaya keislaman yang menggunakan budaya kemuhammadiyahan.
Sejarah awal mula masjid di desa Tegalsari yaitu, dahulu ketika masih banyak orang-orang pendatang dari luar yang bertempat tinggal didesa tegalsari orang-orang tersebut datang dengan tujuan untuk mengenalkan islam lebih dalam kedesa tersebut karena didesa tegalsari pada jaman dahulu belum ada masjid serta didesa tegalsari ini belum bayak warga yang tinggal   maka orang-orang pendatang tersebut memutuskan untuk membuatkan masjid didesa tegalsari dan pembuatan masjid pertama itu dengan bangunan yang seadanya saja ,tujuan orang-orang pendatang tersebut mendirikan masjid didesa tegalsari adalah agar warga asli dari desa tegalsari tertarik untuk sholat berjamaah dimasjid dikarenakan pada jaman dahulu kesadaran para warga untuk sholat berjamaah sangatlah rendah. Selang beberapa waktu para pendatang tersebut memiliki keturunan dan keturunan tersebut memutuskan untuk pindah kedesa sebelah yaitu desa wonorejo,dikarenakan para penerus tersebut tidak bertempat tinggal di desa tegalsari dan tidak ada yang mengarahkan para warga desa tegalsari untuk sholat dimasjid dan mengurusinya maka setelah itu masjid didesa tegalsari menjadi tidak terurus selama 2-3 tahun karena tidak ada yang mengurus masjid akhirnya masjid di desa tegalsari itu dipindahkan ke desa wonorejo agar ada yang mengurusnya.
Selang beberapa waktu ada keturunan baru yang bernama Imam Fatawi dan kemudian mendirikan kembali masjid baru didesa tegalsari dan memberi nama masjid itu yaitu dengan nama masjid Baitul Rohman. Masjid itu dibangun oleh Imam fatawi,sodara-sodaranya dan warga desa tegalsari ikut pula dalam pembuatan majid tersebut, masjid itu dibangun dengan bahan seadanya yaitu dengan menggunakan bilik bambu dengan menggunakan tiang bambu dan lantainya pun menggunakan bambu yang sudah dibelah-belah dan dianyam untuk dijadikan lantainya dikarenakan dahulu belum banyak bangunan yang berbentuk permanen serta sarana untuk mengingatkan telah masuk waktu sholat fardu pun hanya menggunakan beduk,kentongan,dan orang yang mengadzani nya pun harus menaiki pohon didekat masjid terlebih dahulu lalu beradzan agar suara lantang terdengar di desa.
Setelah kira-kira 20 tahun warga desa tegalsari pun sepakat untuk mengganti bilik bambu masjid menjadi bilik papan dari kayu jati dan tiang bambunya pun juga diganti menjadi tiang dari kayu jati tetapi lantainya masih sama yaitu dengan menggunakan anyaman bari bilah bambau.
Setelah itu selang 7 tahun kemudian,majid itu dilihat kurang pantas dan akhirnya para warga desa tegalsari memutuskan untuk membangun masjid secara permanen, dan biaya nya menggunakan iyuran dari orang sekampung, warga kampung bekerja bakti mencari pasir dan batu dengan menggunakan grobak, mereka mencari pasir itu kesawah-sawah dan mencari batu ke kali didesa gunungduk dan desa gemolong setelah itu dikumpulkan, dikarenakan jaman dahulu belum ada semen maka pembuatannya menggunakan pasir yang dicampur dengan gamping yang sudah dilembutkan untuk menjadi perekat batu bata yang disusun, kemudian tiang masjid itu diganti dengan menggunakan tiang dari kayu yang lebih tinggi serta lantainya pun diganti dengan tegel.
Selang beberapa waktu masjid itu terlihat kurang bagus dibandingkan dengan masjid-masjid didesa lain kemudian diusulkan kembali untuk merubah dinding yang masih tembok biasa ditambahi dengan kramik  dan ada beberapa dinding yang dijebol untuk diberi jendela serta mengganti pula lantai tegel itu menjadi lantai kramik dan mendapatkan dana untuk merenovasi itu dari warga desa tegalsari yang merantau di kota Jakarta.
Dan selang beberapa belas tahun kemudian warga desa tegalsari kurang puas dengan bangunan masjid yang sekarang karena masih kurang tinggi dan terlihat sederhana, Akhirnya takmir masjid mengumpulkan para warga desa tegalsari untuk bermusyawarah untuk memrombak ulang masjid Bitul Rohman, dan biaya untuk merombak masjid itu didapatkan dari bantuan orang Arab senilai 250 juta tetapi persyaratanya masjid itu harus jadi dalam waktu 3 bulan dan masjid Bitul Rohman harus diganti namanya menjadi masjid Abdul Rohman Al-Khodairi, setelah dimusyawarahkan para warga sepakat untuk merombaknya dan kemudian membuat panitian untuk pembuatan masjid tersebut setelah itu panitia membuat berkas-berkas pengajuan dana bantuan untuk pembuatan masjid tersebut dan diserahka ke Surabaya. Kemudian selang beberapa waktu setelah penyerahan berkas-berkas tersebut panitia dipanggil kesurabaya untuk tanda tangan penerimaan bantuan senilain 250 juta tersebut.
 Setelah uang bantuan itu turun kemudian langsung dibelanjakan bahan bahan untuk membuat masjid dan pembangunan masjid tersebut dilakukan secara gotong royong oleh warga desa tegalsari tanpa dibayar dan sudah dijadwal untuk bergiliran kerja bakti jika tidak ikut kerja bakti konsekwensinya yaitu dengan membelikan semen satu sak, diberlakukan sepetri itu karena agar para warga bertanggung jawab atas tugasnya demi kebaikan bersama. Karna masjid tersebut dirombak total jadi pem bangunanya cukup memekan waktu dan biaya, setelah dua bualan masjid itu bangun masih belum jadi dan dana yang diberikan dari orang Arab tersebut sudah habis lalu panitia  bermusyawarah kembali untuk menggalakan dana yang dipungut dari warga desa tegalsari juga,kemudian ada warga desa tegalsari yang sekarang menetap dikota solo dia juga memberikan bantuan yaitu dengan menyumbangakan tukang bangunan yaitu 5 orang untuk membantu pembangunan masjid tersebut samapi selesai. Setelah satu bulan kemudian pembangunan masjid tersebut selesai dengan menghabiskan dana senilai 350 juta dan di masjid ini bertambah ruangan baru yaitu,gudang,kamar istirahat imam,koprasi, dan ruangan untuk TPQ anak-anak dan masih ada bagian yang tidak diubah dari masjid ini adalah dilangit majid yang baru tetap dipasangi jendela dari masjid dulu,pintu dari masjid dulu pun tetap masih dimanfaatkan untuk pintu koprasi serta tempat mimbar dari ,asjid yang dulu tetap dipakai untuk masjid yang baru ini. Setelah itu diadakan peresmian dimasjid yang diresmikan oleh pipinan dari Surabaya ,serta dihadiri para warga desa tegalsari dan tokoh-tokoh agama dari luar desa dan diresmikannya itu dengan mengganti naman masjid yaitu dari masjid Baitul Rohman menjadi masjid Abdul Rohman Al-Khodairi.
                     
Tradisi sholat didesa tegalsari yaitu di masjid Abdul Rohman Al-Khodairi, yaitu cara sholatnya secara Muhammadiyah, niat dan dan melakukannya sesuai dengan tata cara sholat sampai selesai, setelah selesai sholat langsung dzikir dan doa sendiri-sendiri dan tidak bersalam-salaman setelah sholat. Tradisi keagamaan didesa tegalsari berjalan secara keMuhammadiyahan. Jadi didesa tegalsari tedak ada tradisi yasinan, dan jika ada orang meninggal tidak ada acara peringatan 3 hari, 7 hari, 40 hari , 100 hari dan sebagainya seperti itu tidak diadakan. Serta pada bulan ruwah tidak diperingati juga bersih-bersih dikuburan,yasinan dikuburan dan makan bersama dikuburan itu juga tidak ada.
Karena para generasi di desa tegalsari ini juga menggunakan ajaran Muhammadiyah jadi tidak ada peringatan-peringatan itu seperti didesa lain tetapi di desa tegalsari tetap melakukan kajian keislaman, yaitu untuk bapak-bapak kajian dilakukan 2 minggu sekali dan itu disertai dengan arisan kemudian untuk ibu-ibu kajian dilakukan 1 bulan sekali dan disertai arisan pula,susun acara dari kajian ibu-ibu adalah pembukaan membaca ayat suci al-qur’an bersama, membaca asmaul husna bersama dan kemudian penyampain materi kajian yang dilakukan oleh ustadz dan penutupnya dengan acara arisan.
Tradisi lainya yaitu saat bulan ramadhan ketika malam lailatul khodar dan malam nuzulul qur’an para warga disarankan untuk membawa nasi bungkus kemajid dan setelah sholat tarawih selesai dilakukan nasi bungkus tersebut dibagi-bagikan kepada para jamaah,serta saat tadarusan khatam ada tradisi ingkungan yaitu makan bersama setelah tadarus khatam dengan lauk ayam yang masih utuh dan makannya secara bersam dengan menggunakan tampah yang dilakukan oleh muda mudi yang tadarus dimasjid.
Dan keunikan lain dari desa tegalsari yaitu makam nya  yang hanya terlihat gundukan-gundukan tanah biasa ada pula yang diberi tanda dengan batu-batu diatasnya jarang sekali ada makam yang menggunakan kijing kalaupun ada hanya beberapa makam saja, dikarenakan di desa didesa tegalsari menerepkan prinsi “ Kalo meninggal yasudah dimakamkan dan tidak usah dilebih-lebih kan dengan memberikan kijing” Alasan lain juga kenapa tidak dikijing agar anak cucu keturunan dari desa tegalsari jika meninggal bisa muat untuk dimakamkan disitu.
            Dan demikian itulah narasi yang saya buat dari observasi wawancara yang saya lakukan di desa tegalsari berkenaan dengan sejarah dan transformasi masjid serja taradisi-tradisi keislaman yang ada didesa tegalsari, dan tentunya masih banyak kekurangan dalam narasi yang saya sampaikan dikarenakan kurang maksimalnya saya dalam melakukan observasi atau pun kurannya referensi dalam mengumpulkan data. Dan saya selaku penulis jika masih banyak kekurangan dalam narasi saya,saya mohon saran ataupun kritikan dari pembaca agar ketika saya membuat narasi lagi kedepanya lebih baik dan sempurna. Demikian itulah narasi dari saya semoga narasi ini dapat menambah wawasan untuk saya dan para pembaca tentang sejaran transformasi dari masjid dan tradisi keislaman yang ada dimasjid desa tegalsari.


LAMPIRAN

1.)    Masjid yang dulunya masih dengan bangunan yang sederhana dan secara bertahap direnovasi dan perenovasian yang terakhir menghasilkan masjid yang terlihat sangat megah seperti sekarang.


2.)    Dahulu lantai masjid yang masih menggunakan tegel sekarang sudah diganti menjadi kramik.

3.)    Pintu dan jedendela yang dulu masih menggunakan kayu sekarang sudah diganti menggunakan kaca.

4.)    ( Tempat wudhu yang dahulu )
( Tempat wudhu yang sekarang )

Tempat wudhu yang dulunya terletak di sisi kiri majid sekarang dipindah menjadi di sisi kanan masjid.

5.)     Langit-langit masjid yang dahulunya masih sederhana sekarang sudah berubah menjadi lebih bagus, dan disini yang tidak hilang dari ciri khas masjid dahulu adalah candela kayu yang ada dilangit-langit masih tetap dipasang agar tidak menghilangkan ciri khas dari masjid lama.
           

6.)    Tempat mimbar untuk khotbahpun juga tidak diganti,masih menggunakan mimmbar dari masjid dahulu, dan masjid ini sekarang tidak menggunakan tiyang.

             
7.)    Ini adalah gudang baru dari masjid Abdul  Rohman Al-Khodairi,dan gudang ini berfungsi untuk menaruh perabotan masjid.

8.)    Dan sekarang dimasjid ini sudah ditambahkan bangunan untuk toko, dan pintu untuk toko tersebut juga masih menggunakan pintu dari masjid dahulu.







9.)     




Inilah makam dari dukuh tegalsari dan makam disini dibiarkan dengan menggunakan gundukan-gundukan tanah yang ditumpuki batu-batu ada pula yang menggunakan kijing tetapi kanya beberapa makam saja. Alasan makam di dukuh tegalsari ini tidak boleh dikijing karena agar anak cucu dari desa tegalsari kalo meninggal agar bisa dimakam kan dimakam tersebut.